Jualok, Jakarta adalah provinsi yang berpartisipasi dalam festival Ogoh-ogoh Nyepi, sebuah festival penting dalam agama Hindu Bali. Patung ini diarak keliling kota sebelum Hari Raya Nyepi sebagai bagian dari rangkaian acara kemeriahan. Ogoh-ogoh mewakili tokoh Hindu yang disebut Bhuta Kala sebagai simbol keburukan manusia, hal-hal negatif di alam semesta dan keburukan sifat manusia.
Pada saat prosesi Ogoh-ogoh, Masyarakat Bali menghadiri upacara tersebut dengan sangat antusias. Mereka diiringi gamelan Bali yang disebut bleganjur dan mengusung ogoh-ogoh sebagai simbol kejahatan manusia sehingga menciptakan suasana megah. Prosesi ini juga menjadi ajang menyatukan warisan budaya.
Bagi umat Hindu, ogoh-ogoh bukan hanya sebuah karya seni namun juga mempunyai makna mendalam. Patung ini mewakili sifat-sifat negatif pada manusia dan alam semesta. Diharapkan dengan melakukan pawai Ogoh-ogoh, umat Hindu terbebas dari kejahatan dan mengawali tahun baru dengan pikiran jernih dan hati yang suci.
Setelah berbaris melewati kota, Ogoh-ogoh dimusnahkan dalam prosesi Tawur Agung Kesanga. Dalam prosesi ini, Ogoh-ogoh melambangkan musnahnya segala kejahatan dan ketidaksempurnaan. Berikut rangkuman ogoh-ogoh sebagai simbol keburukan manusia yang dirangkum Jualok dari berbagai sumber, Selasa (12/3/2024).
Ogoh-ogoh merupakan bagian penting dari ritual yang dilakukan masyarakat Hindu menjelang hari raya Nyepi. Menurut informasi di laman Buelengkab.go.id, istilah “ogoh-ogoh” berasal dari bahasa Bali yang berarti “sesuatu yang mengejutkan”.
Pada tahun 1983, tradisi pembuatan patung yang melambangkan Bhuta Kala dimulai sebagai bagian dari ritual Nyepi di Bali. Sejak saat itu, masyarakat sekitar Denpasar mulai melihat penampakan makhluk yang disebut ogoh-ogoh tersebut. Budaya ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh menjadi bagian dari Pesta Kesenian Bali ke-12.
Dalam ajaran agama Hindu, Bhut Keala diartikan sebagai kekuatan alam semesta dan waktu yang tidak terbatas dan tidak dapat disangkal. Dalam representasi Ogoh-ogoh, Bhuta Kala biasanya digambarkan sebagai sosok yang sangat besar, menakutkan, dan mengerikan. Sering, ogoh-ogoh adalah makhluk hidup dalam kosmologi Hindu seperti naga, Mereka juga tampil sebagai makhluk seperti gajah atau widyadari. nyatanya, pemimpin dunia Ada ogoh-ogoh yang dibuat menyerupai orang terkenal seperti artis atau tokoh agama.
Dengan menciptakan dan membayangkan Ogoh-ogoh, umat Hindu dapat merenungkan kekuatan dan siklus alam semesta serta menghadapi sifat-sifat yang mewakili kejahatan dan ketidaksempurnaan manusia. Proses pembuatan Ogoh-ogoh juga merupakan wujud nyata persatuan dan solidaritas masyarakat dalam menjalankan tradisi keagamaannya.
Fungsi utama ogoh-ogoh dalam perayaan Nyepi adalah melambangkan Bhuta Kala yang dalam ajaran agama Hindu melambangkan kekuatan dan waktu alam semesta. Dalam proses pembuatan Ogoh-ogoh banyak orang yang mengungkapkan kekuatan tersebut, memahami Tattwa atau Abhidhamma yang memegang kekuatan tersebut, antara lain Bhuana Agung (alam) dan Bhuana Alit (ego manusia). Ini membawa kebahagiaan atau kehancuran bagi makhluk hidup dan dunia.
Meski tidak berkaitan langsung dengan acara puncak Nyepi, ogoh-ogoh tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemeriahan upacara. Setelah upacara inti diakhiri dengan alunan lagu khas gameland, rangkaian ogoh-ogoh dan parade pun dimulai. Jenazah dibawa ke ogoh-ogoh sema atau tempat sembahyang umat Hindu yang juga digunakan sebagai tempat pemakaman, sebelum dikremasi.
Dalam prosesinya, goa gora diarak mengelilingi desa dan ada masyarakat yang menghadiri upacara tersebut dengan meminum minuman keras tradisional (rarek) dan terkadang sebagai tarian tradisional. Setelah mencapai tujuan, mereka membakar prosesi akbar tersebut. Aksi pembakaran Ogoh-ogoh merupakan langkah awal memperingati Hari Kesendirian atau Hari Nipi, yang merupakan simbol kehancuran negatif yang diwakilkan oleh Bhutakala.
Ogoh-ogoh bukan hanya bagian dari kemeriahan upacara Nyepi saja; Memiliki makna mendalam dalam ajaran Hindu untuk memahami alam semesta dan waktu, serta merupakan simbol penyucian alam semesta dan memulihkan keseimbangan. Saat ini, ogoh-ogoh tidak hanya dibuat dengan gaya bhutakala yang mengerikan, tetapi banyak juga karakter buruk seperti orang koruptor.